Tampilkan postingan dengan label MATA KULIAH KIMIA KLINIK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MATA KULIAH KIMIA KLINIK. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Juli 2010

Enzim pada organ hati

Aminotransferase
Dua enzim yang paling sering berkaitan dengan kerusakan hepatoselular adalah :
a. AST/SGOT : Aspartate Transaminase/Serum Glutamic-Oxaloacetic
Transaminase (EC : 2.6.1.1)
b. ALT/SGPT : Alanine Aminotransferase/Serum Glutamic-Pyruvic
Transaminase (EC : 2.6.1.2)

ALT merupakan spesifik untuk enzim hati
AST terdapat di miokardium, otot rangka, otak dan ginjal
ALT lebih cepat dibebaskan dari hepatosit ke dalam darah (keadaan akut)
AST dibebaskan lebih besar pada gangguan kronis disertai kerusakan progresif
Peningkatan ALT lebih tinggi daripada AST pada nekrosis hepar akut
Nilai normal pada dewasa :
- ALT : 10-40 IU/L
- AST : 10-37 IU/L

Keadaan yang mempengaruhi AST/GOT adalah :
a. Peningkatan mencolok (5 kali normal atau lebih)
Terdapat pada : kerusakan hepatoselular akut, infark
miokardium, kolaps sirkulasi (syok), pankreatitis akut,
mononukleosis infeksiosa
b. Peningkatan sedang (3-5 kali normal)
Terdapat pada : obstruksi saluran empedu, aritmia
jantung, gagal jantung kongestif, tumor primer atau
metastatik di hati, distrofi otot
c. Peningkatan ringan (sampai 3 kali normal)
Terdapat pada : perikarditis, sirosis, infark paru,
Delirium tremens, cerebrovascular accident

2. Laktat Dehidrogenase (LD atau LDH)
Nilai normal : 91 – 180 IU/L
LD terdapat hampir di semua jaringan
Isoenzim LD :
LD1 (HHHH) : jantung, otak, eritrosit
LD2 (HHHM) : jantung, otak, eritrosit
LD3 (HHMM) : otak, ginjal, paru
LD4 (HMMM) : hati, otot rangka, ginjal
LD5 (MMMM) : hati, otot rangka, ileum
- Untuk fungsi hati terutama LD5
- Peningkatan LD5 dari hati terjadi pada kelainan sirkulasi
(syok), kerusakan hepatoselular (hepatitis, sirosis, peradangan
dan infiltratif)
- Pada dasarnya LD tidak memberikan informasi tambahan mengenai penyakit
hati dibandingkan AST, ALT dan ALP, sehingga saat ini pemeriksaan LD
jarang diminta

3. Fosfatase alkali (ALP : alkali fosfatase)
Nilai normal :
- Anak – anak (3 – 15 tahun) : 117 - 390 IU/L
- Dewasa : 31 – 97 IU/L
Sumber ALP : hati, tulang, mukosa intestin, plasenta dan ginjal
Indikasi klinis : penyakit hati dan tulang

Metoda paling sering untuk membedakan isoenzim ALP adalah
fraksionasi panas, serum dipanaskan 56oC selama 15 menit
kemudian diukur sisa aktivitas ALP.
ALP tulang sangat labil (sisa aktivitas 10-20%), ALP hati relatif
stabil (sisa aktivitas 30-50%), ALP plasenta sangat stabil panas

Keadaan yang mempengaruhi fosfatase alkali adalah :
a. Peningkatan mencolok (5 kali normal atau lebih)
Terdapat pada : obstruksi saluran empedu (intra- atau
ekstrahepatik), sirosis biliaris, penyakit Paget, sarkoma
osteogenik, hiperparatiroidisme
b. Peningkatan sedang (3-5 kali normal)
Terdapat pada : penyakit hati granulomatosa atau
infiltratif, mononukleosis infeksiosa, tumor metastasis
di tulang, penyakit tulang metabolik (rakitis,
osteomalasia)
c. Peningkatan ringan (sampai 3 kali normal)
Terdapat pada : hepatitis virus, sirosis (isoenzim usus
sering ditemukan), fraktur yang sedang menyembuh,
kehamilan (isoenzim plasenta mencolok), pola
pertumbuhan normal pada anak

4. Gamma-glutamiltransferase (γ-GT)
Dahulu disebut : gamma glutamil transpeptidase
Nilai normal :
- Laki-laki : 8 - 37 IU/L
- Perempuan : 5 – 24 IU/L
Sumber : hati dan epitel tubulus ginjal
Indikasi klinis : penanda patologi hati, seperti ikterus obstruktif,
metastasis kanker ke hati, kolestasis intrahepatik (kadar tertinggi)
Peningkatan sedang terjadi pada hepatotoksisitas (keracunan
asetaminofen)
γ-GT sangat peka terhadap ingesti alkohol, memperlihatkan
peningkatan yang menetap pada konsumsi alkohol yang tinggi.
Dapat digunakan dalam menentukan kepatuhan individu
mengikuti program rehabilitasi alkohol. Kadar γ-GT kembali
normal setelah 2 sampai 3 minggu puasa alkohol

Rabu, 30 Juni 2010

Pemeriksaan laboratorium khusus untuk menilai status cairan dan elektrolit

Kalium serum
Nilai normal : 3,5 – 5,0 mEq/L
K+ serum meningkat pada asidosis (K+ keluar dari sel)
Penyebab : peningkatan beban (makanan, transfusi darah dan destruksi sel), ekskresi berkurang (gagal ginjal akut)
K+ serum rendah pada alkalosis (K+ masuk ke dalam sel)
Penyebab : kehilangan melalui ginjal (diuresis), kehilangan melalui usus (diare, muntah), pemasukan kurang (malabsorpsi), pemberian insulin intravena

Klorida serum
Nilai normal : 98 – 106 mEq/L
Cl- serum rendah (hipokloremia) umumnya dikaitkan dengan alkalosis metabolik dan hipokalemia
Cl- serum tinggi (hiperkloremia) dihubungkan dengan beberapa tipe asidosis metabolik


Natrium serum
Nilai normal : 135 – 145 mEq/L
Na+ serum umumnya mencerminkan osmolalitas plasma karena garam natrium merupakan 90 % dari partikel zat terlarut ECF
Na+ serum rendah (hiponatremia) menunjukkan pengenceran cairan tubuh oleh kelebihan air relatif terhadap zat terlarut total
Penyebab : kehilangan ion Na, retensi cairan
Na+ serum tinggi (hipernatremia) menunjukkan hiperosmotik cairan tubuh (kekurangan air relatif terhadap zat terlarut total
Penyebab : pemasukan ion Na berlebih, kehilangan cairan berlebih

Kalsium serum
Nilai normal : 9 – 10,5 mg/dL (4 – 5,5 mEq/L)
Nilai ini berhubungan dengan albumin serum dan pH karena keduanya mempengaruhi fraksi kalsium serum yang terionisasi
Kalsium serum total menurun jika kadar albumin menurun, oleh karena itu gejala hipokalsemia jarang timbul pada hipoalbuminemia.
Alkalosis dapat menimbulkan gejala hipokalsemia, karena kalsium dalam bentuk terionisasi berkurang pada pH tinggi

Fosfat serum
Nilai normal : 2,5 – 4,5 mg/dL (1,8 – 2,6 mEq/L)
Kenaikan pada tahap awal gagal ginjal kronik, menyebabkan hiperparatiroidisme